Judul: Princess jihan
Keajaiban Puasa
“Kenapa
kau tidak makan sahur, Dayang Kuning?” tanya Princess Jihan.
“Besok, saya tidak akan puasa, Princess,”
jawab Dayang Kuning.
“Kenapa?” tanya Princess Jihan heran.
“Bukankah besok kita harus berangkat ke
Desa Sejuk? Perjalanan yang harus kita tempuh cukup jauh. Saya pasti tidak
tahan berpuasa,” jawab Dayang Kuning.
Princess Jihan tersenyum. “Jika kita
sudah berniat puasa, Allah akan memberi kita kekuatan untuk menjalakannya.”
Pagi-pagi sekali, Princess Jihan dan
Dayang Kuning berangkat menuju Desa Sejuk. Warga Desa Sejuk mengadakan lomba
memasak. Mereka mengundang Princess Jihan untuk menyaksikan lomba itu.
Dalam perjalanan, mereka melintasi kebun
buah yang sangat luas. Ada pohon jeruk, apel, semangka, dan buah-buahan
lainnya. Buah-buaah di kebun itu terlihat segar dan mengundang selera.
Dayang Kuning kagum melihat pohon jeruk
yang kini berada di sekelilingnya. Kebun itu ternyata juga berisi barisan pohon
buah kegemarannya.
“Bisakah kita berhenti sebentar, Princess?”
tanya Dayang Kuning. Princess Jihan tidak mengerti apa yang Dayang Kuning
inginkan. Ia tak sempat mencegah ketika melihat Dayang Kuning mengambil satu
buah jeruk dan memakannya di bawah pohon itu.
Dayang Kuning kembali naik ke kereta
sambil membawa sebuah semangka.
“Kita tidak tahu kebun ini milik siapa,
Dayang Kuning. Seharusnya, kau meminta lebih dulu kepada pemiliknya,” tegur
Princess Jihan. Dayang Kuning melihat keluar jendela kereta. Di sekeliling mereka,
sejauh mata memandang, hanya ada barisan pepohonan. Ia tidak melihat sebuah
rumah yang mungkin saja merupakan rumah pemilik kebun.
“Rumah pemilik kebun tidak ada di dekat
sini, Princess. Aku akan meminta pada pemiliknya jika nanti kita bertemu rumahnya,”
ujar Dayang Kuning. Princess Jihan menatap Dayang Kuning dengan raut wajah serius.
“Kalau begitu, seharusnya kita menunggu
sampai menemukan rumah pemilik kebun buah ini. Baru kita memetiknya dari pohon,”
ujar Princess Jihan.
Tepat saat Princess Jihan selesai
bicara, seorang nenek sudah berdiri di pintu kereta, Wajahnya terlihat marah.
“Kalian sudah mencuri buah-buahan di
kebunku!” bentak nenek itu. Dayang Kuning sangat terkejut. Buah semangka yang
ada di pangkuannya menggelinding jatuh ke arah pintu kereta.
“A .. apakah Nenek adalah pemilik kebun
ini?” tanya Dayang Kuning gugup. Nenek itu langsung mengomel. Ia mengambil
semagka yang hampir menggelinding jatuh keluar pintu kereta.
“Kau sudah mencuri semangka milikku!”
bentak nenek itu.
“Ta .. tapi .. aku kan sudah
mengembalikannya,” tunjuk Dayang Kuning ke arah semangka yang kini berada di
pelukan nenek pemilik kebun. Raut wajah nenek itu tetap terlihat kesal.
“Lalu, bagaimana dengan jeruk yang sudah
kaumakan? Aku melihat kau memakan sebuah jeruk milikku!” kata nenek itu lagi.
Ia mengomel tanpa henti. Ia bercerita
tentang betapa sulitnya merawat kebunnya yang luas.
“Kalian harus dihukum,” ujar nenek itu
akhirnya. Dayang Kuning tak bisa menjawab karena apa yang dikatakan nenek itu
memang benar. Ia memang mengambil tanpa izin.
Princess Jihan mencoba menghadapinya dengan
sabar.
“Maafkan kami berdua, nek. Tapi aku
tidak memakan satu pun buah di kebun ini,” kata Princess Jihan. “Hari ini aku
sedang berpuasa.”
Nenek itu berhenti mengomel. “Benarkah?
Nenek juga sedang berpuasa hari ini,” ujarnya menjadi ramah. Princess Jihan
mengangguk.
“Kalau begitu kau tidak akan ku hukum,
nak. Aku memang tidak melihatmu memetik buah dari kebunku,” kata nenek itu.
Princess Jihan bersyukur di dalam
hatinya. Dayang Kuning juga terlihat lega. Tapi, nenek itu kembali menoleh kepada
Dayang Kuning dengan raut wajah marah.
“Temanmu yang sudah memakan jeruk di kebunku
harus tetap ku hukum. Ia harus bekerja di rumahku hingga sore nanti. Kau
sendiri boleh pulang,” kata nenek itu kepada Princess Jihan. Dayang Kuning
sangat sedih. Princess Jihan melihat wajah Dayang Kuning yang memucat.
“Aku tidak akan pergi, nek. Aku akan
membantu temanku bekerja di rumah nenek,” kata Princess Jihan. Dayang Kuning
merasa malu karena Princess Jihan sampai terbawa hukumannya.
Princess Jihan mengutus kusir kereta
untuk pergi ke Desa Sejuk. Karena sebab mendadak, ia tak bisa menghadiri lomba
memasak di desa itu.
Nenek itu ternyata meminta mereka untuk
membantunya membuat manisan buah. Mereka harus mengupas dan mengiris berkeranjang-keranjang
mangga, pepaya, dan jambu.
Dayang Kuning merasa sangat lelah. Tapi,
Princess Jihan yang sedang berpuasa tetap terlihat segar dan bersemangat.
“Allah yang memberikan kekuatan kepada
kita jika berniat berpuasa karena-Nya,” jawab Princess Jihan ketika Dayang
Kuning bertanya. Nenek pemilik kebun tanpa sengaja mendengarkan kata-kata
Princess Jihan. Ia terharu sekali mendengarnya. Meskipun berpuasa, Princess
Jihan tetap mau berkorban menemani Dayang Kuning. Nenek pemilik kebun juga tak
menyangka bahwa yang ia hukum adalah Princess Jihan. Padahal, Princess Jihan
bisa saja menolak keinginan nenek pemilik kebun yang berniat menghukumnya.
Ketika tiba saatnya berbuka puasa, nenek
itu mengajak Princess Jihan berbuka puasa di rumahnya. Ia menyiapkan kue dan
minuman dari buah-buah segar. Setelah itu, mereka shalat Maghrib bersama.
Kusir kereta menjemput mereka. Princess
Jihan mengucapkan terimakasih kepada nenek pemilik kebun. Ia berjanji akan berkunjung
lagi suatu hari nanti. Dayang Kuning berulang kali meminta maaf kepada nenek
pemilik kebun. Gara-gara tidak bisa mengendalikan diri, ia sampai mencuri milik
orang lain.