Senin, 14 Oktober 2013

Princess Jihan -- Keajaiban Puasa




Judul: Princess jihan
Keajaiban Puasa
       “Kenapa kau tidak makan sahur, Dayang Kuning?” tanya Princess Jihan.
        “Besok, saya tidak akan puasa, Princess,” jawab Dayang Kuning.
        “Kenapa?” tanya Princess Jihan heran.
        “Bukankah besok kita harus berangkat ke Desa Sejuk? Perjalanan yang harus kita tempuh cukup jauh. Saya pasti tidak tahan berpuasa,” jawab Dayang Kuning.
        Princess Jihan tersenyum. “Jika kita sudah berniat puasa, Allah akan memberi kita kekuatan untuk menjalakannya.”
        Pagi-pagi sekali, Princess Jihan dan Dayang Kuning berangkat menuju Desa Sejuk. Warga Desa Sejuk mengadakan lomba memasak. Mereka mengundang Princess Jihan untuk menyaksikan lomba itu.
        Dalam perjalanan, mereka melintasi kebun buah yang sangat luas. Ada pohon jeruk, apel, semangka, dan buah-buahan lainnya. Buah-buaah di kebun itu terlihat segar dan mengundang selera.
        Dayang Kuning kagum melihat pohon jeruk yang kini berada di sekelilingnya. Kebun itu ternyata juga berisi barisan pohon buah kegemarannya.
        “Bisakah kita berhenti sebentar, Princess?” tanya Dayang Kuning. Princess Jihan tidak mengerti apa yang Dayang Kuning inginkan. Ia tak sempat mencegah ketika melihat Dayang Kuning mengambil satu buah jeruk dan memakannya di bawah pohon itu.
        Dayang Kuning kembali naik ke kereta sambil membawa sebuah semangka.
        “Kita tidak tahu kebun ini milik siapa, Dayang Kuning. Seharusnya, kau meminta lebih dulu kepada pemiliknya,” tegur Princess Jihan. Dayang Kuning melihat keluar jendela kereta. Di sekeliling mereka, sejauh mata memandang, hanya ada barisan pepohonan. Ia tidak melihat sebuah rumah yang mungkin saja merupakan rumah pemilik kebun.
        “Rumah pemilik kebun tidak ada di dekat sini, Princess. Aku akan meminta pada pemiliknya jika nanti kita bertemu rumahnya,” ujar Dayang Kuning. Princess Jihan menatap Dayang Kuning dengan raut  wajah serius.
        “Kalau begitu, seharusnya kita menunggu sampai menemukan rumah pemilik kebun buah ini. Baru kita memetiknya dari pohon,” ujar Princess Jihan.
        Tepat saat Princess Jihan selesai bicara, seorang nenek sudah berdiri di pintu kereta, Wajahnya terlihat marah.
        “Kalian sudah mencuri buah-buahan di kebunku!” bentak nenek itu. Dayang Kuning sangat terkejut. Buah semangka yang ada di pangkuannya menggelinding jatuh ke arah pintu kereta.
        “A .. apakah Nenek adalah pemilik kebun ini?” tanya Dayang Kuning gugup. Nenek itu langsung mengomel. Ia mengambil semagka yang hampir menggelinding jatuh keluar pintu kereta.
        “Kau sudah mencuri semangka milikku!” bentak nenek itu.
        “Ta .. tapi .. aku kan sudah mengembalikannya,” tunjuk Dayang Kuning ke arah semangka yang kini berada di pelukan nenek pemilik kebun. Raut wajah nenek itu tetap terlihat kesal.
        “Lalu, bagaimana dengan jeruk yang sudah kaumakan? Aku melihat kau memakan sebuah jeruk milikku!” kata nenek itu lagi.
        Ia mengomel tanpa henti. Ia bercerita tentang betapa sulitnya merawat kebunnya yang luas.
        “Kalian harus dihukum,” ujar nenek itu akhirnya. Dayang Kuning tak bisa menjawab karena apa yang dikatakan nenek itu memang benar. Ia memang mengambil tanpa izin.
        Princess Jihan mencoba menghadapinya dengan sabar.
        “Maafkan kami berdua, nek. Tapi aku tidak memakan satu pun buah di kebun ini,” kata Princess Jihan. “Hari ini aku sedang berpuasa.”
        Nenek itu berhenti mengomel. “Benarkah? Nenek juga sedang berpuasa hari ini,” ujarnya menjadi ramah. Princess Jihan mengangguk.
        “Kalau begitu kau tidak akan ku hukum, nak. Aku memang tidak melihatmu memetik buah dari kebunku,” kata nenek itu.
        Princess Jihan bersyukur di dalam hatinya. Dayang Kuning juga terlihat lega. Tapi, nenek itu kembali menoleh kepada Dayang Kuning dengan raut wajah marah.
        “Temanmu yang sudah memakan jeruk di kebunku harus tetap ku hukum. Ia harus bekerja di rumahku hingga sore nanti. Kau sendiri boleh pulang,” kata nenek itu kepada Princess Jihan. Dayang Kuning sangat sedih. Princess Jihan melihat wajah Dayang Kuning yang memucat.
        “Aku tidak akan pergi, nek. Aku akan membantu temanku bekerja di rumah nenek,” kata Princess Jihan. Dayang Kuning merasa malu karena Princess Jihan sampai terbawa hukumannya.
        Princess Jihan mengutus kusir kereta untuk pergi ke Desa Sejuk. Karena sebab mendadak, ia tak bisa menghadiri lomba memasak di desa itu.
        Nenek itu ternyata meminta mereka untuk membantunya membuat manisan buah. Mereka harus mengupas dan mengiris berkeranjang-keranjang mangga, pepaya, dan jambu.
        Dayang Kuning merasa sangat lelah. Tapi, Princess Jihan yang sedang berpuasa tetap terlihat segar dan bersemangat.
        “Allah yang memberikan kekuatan kepada kita jika berniat berpuasa karena-Nya,” jawab Princess Jihan ketika Dayang Kuning bertanya. Nenek pemilik kebun tanpa sengaja mendengarkan kata-kata Princess Jihan. Ia terharu sekali mendengarnya. Meskipun berpuasa, Princess Jihan tetap mau berkorban menemani Dayang Kuning. Nenek pemilik kebun juga tak menyangka bahwa yang ia hukum adalah Princess Jihan. Padahal, Princess Jihan bisa saja menolak keinginan nenek pemilik kebun yang berniat menghukumnya.
        Ketika tiba saatnya berbuka puasa, nenek itu mengajak Princess Jihan berbuka puasa di rumahnya. Ia menyiapkan kue dan minuman dari buah-buah segar. Setelah itu, mereka shalat Maghrib bersama.
        Kusir kereta menjemput mereka. Princess Jihan mengucapkan terimakasih kepada nenek pemilik kebun. Ia berjanji akan berkunjung lagi suatu hari nanti. Dayang Kuning berulang kali meminta maaf kepada nenek pemilik kebun. Gara-gara tidak bisa mengendalikan diri, ia sampai mencuri milik orang lain.

0 komentar:

Posting Komentar